Sama-sama datang dari China, Wuling dan DFSK memiliki strategi berbeda mengisi pasar otomotif Indonesia. Kalau Wuling memilih Low MPV sebagai mobil perdananya, DFSK justru bergantung pada SUV.

Hadir lebih dulu yakni sejak Agustus 2017, deretan mobil yang dikenalkan Wuling lebih variatif. Wuling memiliki dua MPV, satu mobil komersial, dan satu model SUV. Sementara DFSK memilih fokus terhadap SUV. DFSK saat ini memiliki satu mobil pick-up dan SUV Glory 580. Kabarnya mobil terbaru yang bakal dirilis DFSK juga masih mengisi segmen SUV yakni Glory 560.

“Kenapa DFSK ngotot dengan SUV? Memang kalau dilihat dibandingkan keseluruhan SUV data dari 2017 sampai 2018 ini kita melihat ada kenaikan cukup signifikan di pasar suv ini kemungkinan efek dari meningkatnya kalangan menengah di Indonesia,” ujar Marketing General Manager Sales Center DFSK, Permata Islam, Senin (18/3/2019).

Menurut Arta, sapaan akrabnya mobil SUV masih diinginkan orang RI meskipun pamornya kalah terang dari Low MPV.

“Orang banyak ingin memiliki SUV karena memang ada prestigenya tersendiri pola masyarakat orang merasa ingin mengaktualisasikan diri lebih baik dengan punya SUV,” jelas Arta. “Secara garis besar pemilik SUV ada kriteria, yang terbesar orang yang mengupgrade tadinya city car, MPV ke SUV, membeli mobil pertama SUV tidak sedikit karena kalau diperhatikan segmen SUV dengan Low MPV harganya tidak terlalu jauh dengan support dari leasing baik bank maupun non-bank,” sambung Arta.

Secara penjualan, Glory 580 memang masih belum moncer. Dibandingkan dengan Honda CR-V yang banderol harganya lebih mahal, penjualan Glory 580 belum bisa menandingi Honda CR-V 1.500cc turbo.

Pada periode Agustus-Desember 2018 total ada 7.027 unit Honda CR-V turbo yang terdistribusi ke diler-diler. Sedangkan Glory 580 dengan kapasitas mesin yang sama hanya 315 unit. Sebagai merek baru, DFSK memang masih membutuhkan waktu untuk meyakinkan mobilnya memiliki kualitas yang sama dengan mobil-mobil Jepang. (dry/lth)